pura-danau baratan

pura-danau baratan
pura

Kamis, 28 April 2011

8 tempat terindah di dunia

1. Cahaya Misterius di Utara

Sinar Aurora Borealis yang ”spektakuler” di langit Alaska (ujung utara Amerika, dekat Kutub Utara). Aurora sebenarnya adalah cahaya natural di angkasa yang terjadi akibat tabrakan partikel-partikel medan magnet bumi dengan atom dan molekul dari atas atmosfir bumi. Warnanya yang paling umum ada dua, hijau dan merah dan dapa dilihat pada waktu malam.

2. Benteng Chittogarh, India

3. Desa Warna-Warni

Cinque Terre, Riviera, adalah salahsatu tujuan wisata paling populer di Italia. Kota yang terkenal keindahannya ini dibangun selama ratusan tahun, dan keunikannya tetap terjaga.. Makanan laut disini juga sangat istimewa, tentu karena letaknya yang di pinggir laut Mediterania (Bagian dari UNESCO World Heritage Site).
4. College the Valleyfield

Sebuah universitas pendidikan di Quebec, Kanada, dengan pemandangan kampus yang tidak ada duanya di dunia.

5. Sebuah Kota Diatas Awan.

Inilah Machu Picchu, kota dari peradaban Inca yang hilang. Letaknya di Lembah Urumba, Peru, di puncak gunung, 2430 meter diatas permukaan laut. Tempat ini dibangun pada puncak kejayaan peradaban mereka, tahun 1460-an.

6. Massif De La Chartreuse

Formasi bebatuan yang super unik di pegunungan di timur Perancis.
7. Rekreasi di Ujung Dunia

Berdayung santai di laut Arktik yang sejernih kristal (tapi dingiiinn). Arktik adalah wilayah di Kutub Utara bumi (dari Bahasa Yunani yang berarti Beruang).
8. Sebuah Kota Di Dalam Gunung

Lihatlah kedahsyatan pintu gerbang raksasa ini. Petra, adalah kota yang dibentuk di dalam sebuah gunung batu di Yordania. Tempat ini awalnya dibangun 100 tahun sebelum masehi oleh bangsa Nabatean. Petra dulu sempat berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur di zaman Romawi karena letaknya yang strategis di Arabia. Didalamnya juga terdapat aliran sungai bawah tanah yang airnya berlimpah.
READ MORE - 8 tempat terindah di dunia

Sabtu, 02 April 2011

Lumut (Bryophyta)

Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.).

Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita).

Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.
Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut.

Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.
Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut.
 
Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem).

Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:
a. Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang
menghasilkan Spermtozoid
b. alat kelamin betina disebut Arkegonium yang
menghasilkan Ovum


Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).

Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur

 Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :
- Vaginula (kaki)
- Seta (tangkai)
- Apofisis (ujung seta yang melebar)
- Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak
spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.


CONTOH-CONTOH SPESIES LUMUT

a. Kelas HEPATICAE (lumut hati) :
Marchantia polymorpha >> bentuknya pipih seperti pita, dahulu digunakan untuk pengobatan hepatitis.

b. Kelas MUSCI (lumut daun) :
- Sphagnum fimbriatum
- Sphagnum acutilfolium
- Sphagnum squarrosum
- Sphagnum ruppinense
Semuanya dinamakan lumut gambut dan sering disterilkan dan digunakan orang sebagai pengganti kapas.
READ MORE - Lumut (Bryophyta)

Kamis, 31 Maret 2011

Langkah-Langkah Cara Membuat Laporan Ilmiah

Format laporan ilmiah
Ada berbagai macam format penulisan .Namun perbedaan di antara format format yang ada jangan terlalu dipermasalahkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pembaca dapat memahami dengan jelas bahwa penelitian telah dilakukan tujuan dan hasilnya.
2. Langkah – langkah medannya jelas , agar jika pembaca tertarik dapat mengulang kembali.

Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah ,Yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian . Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :
Bagian awal
1. Halaman judul
2. Halaman persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
3. Halaman kata pengantar atau prakata
4. Daftar isi
5. Daftar tabel (jika ada)
6. Daftar gambar (jika ada)
7. Daftar lampiran (jika ada)


Bagian Utama

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Ruang lingkup
5. Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan teori/ tinjauan teoretis
2. Kerangak teori
3. Kerangka konsep
4. Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)

BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN
• Jenis penelitian
• Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
• Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
• Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
• Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
• Lokasi dan waktu penelitian
• Teknik pengumplan data.
• Instrumen penelitian yang digunakan
• Pengolahan dan Analisis data

Khusus laporan penelitian dilanjutkan dengan bab IV -VI berikut ini :
BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI – RINGKASAN
Bagian Akhir
1. Daftar pustaka
2. Lampiran – lampiran;
READ MORE - Langkah-Langkah Cara Membuat Laporan Ilmiah

Mengenal Seluk Beluk Phylum Echinodermata

Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.

Ciri tubuh
Ciri tubuh Echinodermata meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh

Ukuran dan bentuk tubuh
Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan.
Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan Aboral (yang tidak memiliki mulut).

Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit.Sistem sirkulasi belum berkembang baik.Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom.Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf.Echinodermata tidak memiliki otak.Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus.

Cara hidup dan habitat
Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati.Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.

Reproduksi
Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana.Fertilisasi berlangsung secara eksternal.Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia.Hewan ini juga dapat beregenerasi.

Klasifikasi
Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.

Asteroidea
Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria.Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.
Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :
- Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.
- Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat
- Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan
- Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.
Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar.Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti.Asteroidea merupakan hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh.

Ophiuroidea
Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular (Ophiothrix).Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel.Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul.Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria.Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya.
Hewan ini pun juga dapat beregenerasi.

Echinoidea
Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang.Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme.Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.

Holothuroidea
Holothuroidea dikenal dengan nama timun laut atau teripang.Contoh hewan ini adalah Cucumaria sp., Holothuria sp., dan Bohadschia argus.Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari tubuhnya.Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang tubuhnya.Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga tubuhnya.Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral.Sistem respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya.Keluar dan masuknya air melalui anus.

Crinoidea
Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan.Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan tidak bertangkai.Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu.Contoh lili laut adalah Metacrinus rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra australis.Lili laut menetap di kedalaman 100 m atau lebih.Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut sampai laut dalam.Kedua kelompok tersebut memiliki oral yang menghadap ke atas.Lengannya yang berjumlah banyak mkengelilingi bagian kaliks (dasar tubuh).Pada kaliks terdapat mulut dan anus.Jumlah lengan kelipatan lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula.Sistem ambulakral tidak memiliki madreporit dan ampula.Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya zooplankton atau partikel makanan.

Peran Echinodermata bagi Manusia
Echinodermata dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut.
- Makanan.Misalnya telur landak laut yang banyak dikonsumsi di Jepang dan keripik timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo. Jawa Timur.
- Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal.Para ilmuwan biologi sering mengggunakan gamet dan embrio landak laut.
Namun, bintang laut sering dianggap merugikan oleh pembudidaya tiram mutiara dan kerang laut karena merupakan predator hewan-hewan budidaya tersebut.
READ MORE - Mengenal Seluk Beluk Phylum Echinodermata

Sabtu, 26 Maret 2011

FOTOSINTESIS

Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Fotosintesis pada alga dan bakteri
Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama. Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof. Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.
Proses fotosintesis
Lihat pula artikel proses fotosintesis untuk informasi lebih rinci
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fotosintesis Tumbuhan Hijau

 - Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Intensitas cahaya yang tinggi akan membuat kegiatan fotosintesis menjadi efektif.
- Tahap Pertumbuhan
Pada saat masih kecambah, tumbuhan lebih rajin fotosintesis daripada yang sudah besar karena yang sedang tumbuh butuh banyak energi untuk tumbuh membesar.
- Pigmen penyerapan cahaya
Klorofil merupakan pigmen penyerapan cahaya. Untuk membuat klorofil, diperlukan ion magnesium yg diserap dari tanah
- Suhu / Temperatur
Mempengaruhi enzim untuk fotosintesis. Jika suhu naik 10'c, kerja enzim meningkat 2xlipat. (tapi hanya pada suhu tertentu, jika suhu terlalu tinggi, justru bisa merusak).
- Kadar Hasil Fotosintesis (Fotosintat)
Apabila kadar hasil bentukan fotosintesis sedikit maka tumbuhan akan terangsang untuk melakukan fotosintesis lebih giat daripada ketika kadar fotosintat yang banyak.
- Ketersediaan CO2 dan air (H2O).
Jika kekurangan air, stomata menutup sehingga menghalangi masuknya CO2. Semakin banyak gas karbon dioksida maka proses fotosintesis akan menjadi semakin baik.
Jika faktor-faktor tersebut jumlahnya tak memadai atau tidak ada, maka proses fotosintesis akan terganggu.

 Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.
Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Tapi pada tahun 1720, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia berpendapat faktor itu adalah udara.
Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia menemukan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”.
Akhirnya di tahun 1796, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan “pemulihan” udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa)

Persamaan Fotosintesis 
6CO2 +6H20 + light ® C6H1206 + 6O2
Struktur kloroplas



        Tilakoid adalah sistem membran dalam kloroplas (tempat terjadinya reaksi terang). Memisahkan kloroplas menjadi ruang tilakoid dan stroma.
 
         Grana kumpulan tilakoid dalam kloroplas.
         Stroma: daerah cair antara tilakoid dan membran dalam tempat terjadi siklus Calvin
 
READ MORE - FOTOSINTESIS

Daerah Wisata di Morowali

Wisata Kab. Morowali  -  Wisata Bahari
Potensi Teluk Tomori juga menjadi andalan utama dimana pantai dan gugusan pulau-pulau menawarkan keindahan khas wisata bahari. Pantai Kolonodale dengan perairan laut yang tenang karena gugusan pegunungan disertai kitaran pemukiman penduduk menjadi pemandangan tersendiri dalam melihat dinamika sosial budaya masyarakat Kolonodale. Belum lagi pulau-pulau dengan pantai pasir putihnya yang mencuap ditengah gelombang laut. Hamparan mangrove serta jajaran pemukiman nelayan seperti dipulau Tokonanaka, Lapangga, Tanjung Tante, Tanjung Poso, Kosa dan Gililana, gugusan karst yang berdiri kokoh ditengah laut semakin memperindah suasana pantai.

Pulau wisata yang menjadi andalan adalah Pulau Rumbiah yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, menawarkan panorama pantai dengan pasir putih, jajaran pohon kelapa, dan terumbu karang yang masih bagus untuk dinikmati sambil menyelam.



Wisata Kab. Morowali – Wisata Sejarah
Potensi wisata arkeologi juga menarik dengan banyaknya situs-situs dari masa prasejarah, masa islam, dan kolonial. Situs prasejarah dapat ditemukan sepanjang gugusan pegunungan karst Petasia dan Beteleme, masa islam dapat dilihat dari peninggalan Mesjid Tua Bungku dan berbagai perbentengan, masa kolonial dapat dilihat pada bangunan Belanda yang bertebaran di Kolonodale., Rumah-rumah Raja baik di Kolonodale maupun di Bungku, Rumah Zending (eks rumah kruyt, seorang missionaries Belanda) di Lembodan tengsi militer Belanda yang tersebar dan rumah sakit Belanda di Kolonodale.

Wisata Kab. Morowali – Situs Batuputih
Terletak di Teluk Tomori wilayah desa Gililana sekitar 7 km dari Kolonodale. Temuan lukisan pada tebing berupa hand stencil, lukisan orang dan ornamen lainnya. Di sisi lain situs terdapat ceruk dengan ukuran lebar 30 m dan tinggi ceruk/tebing 20 m, yang didalamnya banyak terdapat bekas penggalian liar dan ditemukan banyak fragmen gerabah, fragmen aksesoris besi dan perunggu, manik-manik dan tulang-belulang.

Wisata Kab. Morowali  - Air terjun Mempueno

Terletak di sebelah barat daya Kota Bungku, sekitar 1 km disebelah Sakita. Merupakan air terjun alam yang berundak-undak dengan ketinggian undakan dari puncak hingga ke bagian bawah tidak kurang dari 50 meter, dengan belasan kolam alami yang di bentuk oleh air terjun.
Endapan-endapan kapur travertin sepanjang aliran sungai dan di sekitar tepi sungai menambah eksotisme di lokasi pemandian ini.








Wisata Kab. Morowali – Permandian Sakita
Terletak di sebelah barat kota Bungku, sekitar 300 m disebelah barat kampung Sakita. Merupakan air terjun alam yang berundak-undak dengan kolam alami. Susana alamnya yang tenang dengan aliran air yang jernih sangat tepat sebagai melepas kepenatan sambil mandi di kolam renang.

Wisata Kab. Morowali  - Cagar Alam
Obyek wisata alam yang mengemuka dan banyak mendapat kunjungan wisatawan dan peneliti adalah Cagar Alam Morowali. Merupakan Kaawasan Lindung dengan luas 225.000 ha, serta satu-satunya kawasan lindung di Sulawesi yang terlengkap panorama alamnya. Mulai dataran rendah berupa wetland dengan spesifikasi flora/fauna yang khas (maleo,anoa dataran rendah,babirusa), dataran tinggi yang juga memiliki ciri khas tersendiri baik fauna maupun flora serta menjadi wilayah mukim Masyarakat Adat Wana. Mulai dengan hamparan mangrove yang dibelah oleh sungai-sungai besar, tegakan pohon yang rapat sepanjang garis lahan gambut,
hamparan padang ilalang, danau-danau kecil yang tergenang (danau Rano) dan gugusan pegunungan Tokala yang berdiri kokoh, semua menjadi panorama yang tak dapat terlukiskan.
Di kawasan ini juga terdapat dua buah danau besar yakni Danau Rano Bae dan Danau Rano Kodi. Sungai Morowali yang menantang dengan jeramnya yang deras menjadi asal nama Kabupaten ini. Eksotisme sunset dan sunrise di sekitar danau yang dihuni oleh Suku Wana memberikan pemandangan yang sangat menawan, disamping tumbuh-tumbuhan di kawasan ini seperti anggrek yang hanya akan didapatkan di kawasan ini.
Di kawasan ini juga dapat kita temukan beberapa gua karst yang memperlihatkan stalagtit dan stalagmit yang terpahat oleh alam. Gua-gua ini juga menjadi habitat bagi ribuan burung walet.
READ MORE - Daerah Wisata di Morowali

Obyek Wisata Danau Tambing

Danau Tambing berada pada ketinggian ±  1.700 m dpl, dengan luas  ±  6 Ha. Merupakan danau berawa yang dikelilingi hutan primer dan memiliki kedalam air hingga 10 meter dan terdapat beberapa jenis ikan air tawar diantaranya mujair, ikan gabus dan lain sebagainya. Dapat dijumpai pula beberapa jenis burung disekitar danau diantaranya : Pucuk padi hitam, Titihan telaga, Kepodang sungu biru, Elang alap dada merah, Pergan hijau, Cabak Sulawesi, Itik Penjut, Malia Sungu kerdil, Elang ikan kerdil, Mandar dengkur dan Punggok Cinnaban, sehingga cocok dijadikan lokasi pengamatan burung “ Bird Wacthing Area “. Untuk melihat aktivitas dan menikmati keindahan suara burung di sekitar Danau Tambing dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Letak Danau Tambing berada sekitar 300 meter sebelah kanan dari jalan jurusan Palu – Napu dengan lebar jalan setapak 1 s.d 1,5 meter menuju danau. Keindahan alami danau bisa dinikmati dengan berkeliling pinggir danau melewati jalan setapak menuju menara pandang, disepanjang jalan setapak menuju menara pandang dapat dijumpai beberapa anggrek dan jamur pada lantai hutan. Tinggi menara 12 meter yang digunakan sebagai tempat untuk memandang sekeliling danau. Danu Tambing berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Makmur dan secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Lore Utara kabupaten Poso. Berjarak  ±  3 jam menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dari Kota Palu dengan kondisi jalan yang cukup baik.
READ MORE - Obyek Wisata Danau Tambing

TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Keadaan Umum Taman Nasional Lore Lindu Letak (geografis & administratif); luas, status (kawasan dan pengelolaan) serta batas kawasan.
  
  • Letak kawasan
Secara geografis pada posisi 119°58’–120° 16’ BT dan 1°8’–1°3’ LS. Secara administratif terletak dalam 2 (dua) wilayah kabupaten yaitu sebagian besar di Kabupaten Donggala dan sebagian lagi di Kabupaten Poso, terbagi dalam 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Kulawi, Sigibiromaru, Palolo di Kabupaten Donggala dan Kecamatan Lore Utara, Lore Selatan, Lore Tengah di Kabupaten Poso.
  • Luas kawasan
  1. Surat Menteri Pertanian No. 736/Menteri/X/1992 tanggal 14 Oktober 1982 luas kawasan Taman Nasional Lore Lindu adalah 231.000 ha.
  2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 593/Kpts-II/1993 luas kawasan Taman Nasional Lore Lindu adalah 229.000 ha.
  3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999, Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan dengan luas kawasan 217.991,18 ha, luas inilah yang menjadi dasar pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu saat ini.
  • Status kawasan dan status pengelolaannya
  1. Status kawasan Taman Nasional Lore Lindu telah dikukuhkan pada tanggal 23 Juni 1999 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999.
  2. Status Pengelolaannya, di kelola oleh Balai Taman Nasional Lore Lindu sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang organisasi dan tata kerja Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional.
  • Batas Kawasan 
  1. Dibagian utara dibatasi oleh Dataran Palolo, sebelah timur oleh dataran Napu, sebelah selatan Dataran Bada, dan sebelah barat oleh sungai Lairiang dan hulu sungai Palu (lembah Kulawi). 
  2. Telah ditata batas ketemu gelang oleh Sub BIPHUT Palu.
Ekosistem, Vegetasi, Flora dan Fauna

  • Ekosistem
Ada dua ekosistem utama di Taman Nasional Lore Lindu yaitu: 
  1. Ekosistem hutan hujan dataran rendah 
  2. Ekosistem hutan hujan pegunungan.
Di samping kedua ekosistem utama, juga terdapat 2 sub-zone, yaitu: 
  1. Sub zone hutan hujan pegunungan yang merupakan transisi antara ekosistem hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan.
  2. Sub-zone alpin hutan pegunungan merupakan transisi antara hutan pegunungan dan hutan alpin.
  • Vegetasi, Flora 
  1. Vegetasi hutan hujan dataran rendah
    Komposisi floranya lebih beragam. Flora yang ditemukan antara lain: Pawa (Mussaendopsis beccariana); Tahiti (Dysoxylum sp.); Nunu (Ficus sp.); ngkera dan lawedaru (Myristica spp.); Mpora dan Mpire (Caryota spp.); Saguer (Arenga pinnata); Take (Arenga sp.); uru ranto (Elmerilia ovalis); Luluna (Strychnos axillaris); Palaku (Celtis sp.); Ntorade (Pterospermum subpeltatum); Ndolia (Canangium odoratum); tea here (Artocarpus elasticus); tea uru (Artocarpus teijmannii); duria (Durio zibethinus); Wara dilameo (P. hirsuta); bambu
    pemanjat (Dinochloa scandens); Elastostema, Costus, Cyrtandra, Nephrolepis, Neuburgia.
  2. Vegetasi hutan hujan pegunungan
    Flora yang ditemukan antara lain: Kaha (Castanopsis argentea); Palili bahe, palili nete, palili pance (Lithocarpus spp.). Agathis philippinensis, Podocarpus neriifolia, Podocarpus imbricatus, Taxus baccatus, Dacrydium falcifolia, Phyllocladus hypophyllus, Tristania whiteana dan Tristania sp., Calophyllum spp., Garcinia spp., Tetractonia haltumi, Polyosma integrifolia dan Gynotraches axillaris, Coelogyne, Thelasis, Appendicula, Glomera, Phreatia, Elastostema, Cyrtandra, Goniophlebium persicifolium, Oleandra neliiformis, Diplazium bantamense.
  3. Vegetasi sub hutan hujan pegunungan
    Flora yang ditemukan: kelompok uru (Magnoliaceae); uru ranto (Elmerillia ovalis); uru tomu (Elmerillia sp.); Elmerillia celebica, Manglietia glauca, Talauma liliiflora, konore (Adinandra sp.); pangkula, ntangoro (Ternstroemia spp.); kauntara (Meliosma nitida); kau tumpu (Turpinia sphaerocarpa); mpo maria (Engelhardtia serrata).
  4.  Vegetasi Sub Hutan Alpin
    Flora yang ditemukan: Leptospermum, Rapanea, Myrsine, Phyllocladus hyphophyllus, Eugenia sp., paku pohon (Alsophylla sp.); jenis palem (Pinanga)
  • Fauna
  1. Mamalia besar
    Anoa atau kerbau kerdil, satwa endemik Sulawesi. Nama daerah: sapi utan, anoang, kerbau pendek, dangko, Bondago tutu, buulu, tutu dan sako.
    Dua jenis anoa di Taman Nasional Lore Lindu yaitu anoa Quarlesi dan anoa deoressicornis. Babi rusa (Babyrousa babyrusa); babai Sulawesi (Sus celebensis); Macaca tonkeana, Phalanger ursinus, kus-kus sulawesi (P. celebencis); Tarsius Sulawesi (Tarsius spectrum); Rusa (Cervus timorensis).
  2. Burung
    Sekitar 263 jenis burung ditemukan di Sulawesi, 30 % diantaranya merupakan endemik, 66 jenis dari burung endemik ini ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu. Jenis burung antara lain Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana); Loriculus exilis, Trichologssus platurus, Cacatua sulphurea, Rangkong (Buceros rhinoceros dan Aceros cassidix); Pecuk ular (Anhinga rufa); Rallus plateni, Scolopax celebencis, Tyto inexspectata, Geomalia heinrichi, Macrocephalon maleo, Megapodius frecycynent.
  3. Reptil
    Ular pyton (Phyton reticulatus); ulara Racers (Elaphe erythrura, Gonyosonia janseni, Mack viver (Psammodymaster pulverulenthus dan Xemopeltis unicolor); king cobra (Ophiophagus hannah)
READ MORE - TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Rabu, 16 Februari 2011

Menyikapi Arogansi Umat Beragama di Era Globalisasi

Yasmin sarvàói bhùtàni àtmaivà- bhùd vijànataá,
tatra ko mohaá kaá úoka ekatvam anupaúyataá.
Yajurveda XL. 7
‘Bilamana orang yang cerdas  menjalan¬kan persatuan dengan
seluruh makhluk hidup (yang bernyawa) dan merasakan kesatuan dengannya,
lalu semua keterikatan dan malapetaka lenyap’.


Kehidupan manusia tidak terlepas dengan keyakinan yang dianutnya. Keyakinan itu umumnya berbentuk agama (organized religion),  di luar itu sering disebut dengan kepercayaan atau juga agama asli (native religion). Apapun namanya semuanya itu berporos pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dengan berbagai nama. Keyakinan itu menjadi pegangan hidup seseorang dan atau bersama-sama kelompoknya. Ajaran agama memberikan pencerahan dan tuntunan hudup kepada penganutnya.

Dalam kehidupan bersama dalam masyarakat terdapat berbagai agama dan atau kepercayaan dan masing-masing agama atau kepercayaan itu memiliki berbagai perbedaan terutama yang menyangkut keimanan (úraddhà), jalan menghubungkan diri kepada-Nya (àcàra/upàcàra/ritual) dan etika (suúìla). Perbedaan-perbedaan tersebut memberi rona dan mewarnai kehidupan beragama dalam masyarakat. Walaupun demikian, pada aspek tertentu memiliki kesamaan, misalnya menyangkut kemanusiaan (humanity).

Persamaan dan perbedaan antar agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tampak dalam kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sasanti Bhineka Tunggal Ika dan sekali-sekali tampak pula adanya berbagai friksi yang bila tidak dieliminasi, bagaikan penyakit akan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Tantangan bagi umat beragama dan juga bagi setiap cendekiawan untuk dapat mengeliminir hal-hal yang mengancam integrasi nasional yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mewadahi keberagaman warga negaranya.
Tulisan ringkas ini mengetengahkan dampak globalisasi, pemahaman agama yang ekslusif, dasar-dasar teologi Hindu tentang kemanusiaan (humanity), perbedaan (plurality), dan bagaimana ajaran agama mengajarkan untuk berkomunikasi dengan sesama umat manusia (dialogis). Tulisan ini sifatnya deskriptif dengan berusaha menggali sumber-sumber ajaran tentang hal tersebut sebagai suatu yang normatif dan memadukannya dengan hal-hal yang bersifat empirik di lapangan.


Globalisasi merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi eksistensi Agama Hindu dan budaya Bali. Tidak ada satu bangsa atau budaya apapun di belahan dunia ini yang tidak terlepas dari globalisasi atau era kesejagatan yang demikian tampak pesat mendera setiap bangsa. Berbagai produk budaya global telah merambah berbagai aspek kehidupan. Dampak positif budaya global sangat dirasakan oleh masyarakat Bali. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demikian pula alat-alat komunikasi, transportasi, dan informasi yang sangat canggih memberikan peluang kepada masyarakat Bali yang memang sangat terbuka, untuk berkomunikasi ke mana saja di belahan bumi ini. Wawasan masyarakat Bali terbuka untuk memetik hal-hal yang baik dari manapun berasal dan dengan kemampuannya yang selektif dan adaptif, menggunakan hal-hal yang baik itu untuk merevitalisasi Agama Hindu dan budaya Bali. Di balik dampak positif globalisasi, tidak dapat dihindari adalah dampak negatif budaya global tersebut. Teknologi komunikasi dan informasi yang demikian maju memberi peluang masuknya berbagai pengaruh budaya asing, ke dalam rumah dan bahkan ke dalam kamar-kamar dan kepada pribadi masyarakat. Dampak negatif budaya global tersebut merupakan dampak dari kehidupan modern. Muncul berbagai masalah di antaranya masyarakat semakin individualis, kurangnya solidaritas. Berkembangnya penyakit sosial seperti prostitusi, penyalahgunaan obat-obat psikotropika (narkoba, ekstasi, dan sebagainya), pencurian, perampokan, dan bahkan pemerkosaan.


Globalisasi telah menimbulkan semakin tingginya intensitas pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal dan global. Sistem nilai budaya lokal yang selama ini digunakan sebagai acuan oleh masyarakat tidak jarang mengalami perubahan karena pengaruh nilai-nilai budaya global, terutama dengan adanya kemajuan teknologi informasi mempercepat proses perubahan tersebut. Proses globalisasi telah pula merambah kehidupan agama yang serba sakral menjadi sekuler, yang dapat menimbulkan ketegangan bagi umat beragama. Nilai-nilai yang mapan selama ini telah mengalami perubahan yang pada gilirannya menimbulkan keresahan psikologis dan krisis identitas di kalangan masyarakat (Ardika, 2005:18).


Terlepas dari dampak positif dan negatif globalisasi tersebut, tampak beragam respon masyarakat Bali. Di satu pihak mereka optimis menghadapi tantangan globalisasi tersebut, di pihak yang lain ada yang sangat pesimis dan khawatir terhadap memudarnya berbagai nilai budaya Bali. Dalam situasi yang demikian, mantan Duta Besar India, Vinod C. Khanna dan Malini Saran yang telah beberapa kali mengunjungi Bali, dan menulis buku The Ramayana in Indonesia (2004) seperti dikutip oleh Dharma Putra dan Widhu Sancaya (2005:XV) menyatakan bahwa Bali dapat dijadikan satu contoh untuk Asia sebagai daerah yang memiliki kemampuan untuk mengadaptasi budaya tradisional agar relevan dengan budaya global.

The island of Balinever lost sight of this truth while facing up to the relentless onslaught of tourism on its rich artistic heritage, and can be an example to the rest Asia for its skill in adapting traditional cultural practices to suit a modern context.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Agama Hindu dan budaya Bali mampu menghadapi budaya globabal, namun demikian kekhawatiran sebagian masyarakat tentang dampak negatif globalisasi perlu diusahakan jalan untuk mengatasi dan mungkin mencegahnya.
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa Agama Hindu menjadi jiwa dan sumber nilai budaya Bali, untuk itu kiranya perlu diketengahkan bagaimana sinergi dan dinamika Agama Hindu dengan budaya Bali dan melakukan fungsinya sesuai dengan budaya Bali. Sinergi dan dinamika Agama Hindu di Bali telah melahirkan berbagai kearifan lokal. Agama Hindu dan tidak menghapuskan tradisi masyarakat dan budaya Bali sebelumnya, tetapi sebaliknya memberikan pencerahan kepada budaya lokal. Berbagai kearifan lokal telah terbukti mampu menjadikan Agama Hindu dan budaya Bali eksis sepanjang masa.

Pemahaman dan Implementasi Agama yang sempit, keliru, dan inklusif

 Dalam setiap penganut agama terdapat tiga kelompok umat yang memahami agama yang dianutnya itu dalam tiga sikap, yakni: (1) sangat toleran, humanis, dan inklusif. (2) sikap yang moderat, toleran, humanis, dan inklusif, dan (3) sikap yang keras (radikal, ortodoks), tidak toleran, tidak humanis, dan eksklusif. Munculnya sikap-sikap tersebut di atas, disebabkan oleh pemahaman terhadap agama yang dianutnya, yakni karena wawasan agama yang sempit, lokal, dan tradisional, berhadapan dengan sikap beragama yang rasional, global, dan universal. Lebih jauh dijelaskan beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut di atas.

Toleran berubah menjadi kata toleransi yang berarti menghargai perbedaan, perbedaan karena sumber ajaran, teologis, budaya, etika dan sebagainya. Humanis berasal dari kata human berarti manusia. Humanis berarti mengembangkan atau mengimplementasikan ajaran agama yang penuh dengan pemahaman terhadap kemanusiaan. Inklusif adalah sikap agama yang menekankan pengamalannya pada prilaku yang rendah hati, toleran, tidak arogan.  Moderat adalah sikap yang lembut, tidak lembek, dan tidak keras, sedang eksklusif adalah menekankan pengamalan agama pada bentuk luar, merasa paling benar, paling baik, dan tidak ada yang melebihi apa yang mereka anut, sedang ortodok, artinya adalah selalu berpegang kepada teks-teks atau kitab suci.
Radikalisme agama  menjadi pembicaraan yang tidak pernah berhenti selama satu dekade ini. Bentuk-bentuk radikalisme yang berujung pada anarkisme, kekerasan dan bahkan terorisme memberi stigma kepada agama-agama yang dipeluk oleh terorisme. Dalam hal ini Frans Magnis Suseno (Jawa Pos, 2002:1) menyatakan,  “Siapa pun perlu menyadari bahwa sebutan teroris memang tidak terkait dengan ajaran suatu agama, tetapi menyangkut prilaku keras oleh person atau kelompok. Karena itu, cap teroris hanya bisa terhapus dengan prilaku nyata yang penuh toleran”.


Menurut Ermaya (2004:1) radikalisme adalah paham atau aliran radikal dalam kehidupan politik. Radikal merupakan perubahan secara mendasar dan prinsip. Secara umum dan dalam ilmu politik, radikalisme berarti suatu konsep atau semangat yang berupaya mengadakan perubahan kehidupan politik secara menyeluruh, dan mendasar tanpa memperhitungkan adanya peraturan-peraturan /ketentuan-ketentuan konstitusional, politis, dan sosial yang sedang berlaku. Ada juga menyatakan bahwa radikalisme adalah suatu paham liberalisme  yang sangat maju (Far Advanced Liberalism) dan ada pula yang menginterpretasikan radikalisme sama dengan ekstremisme /fundamentalisme.


Pendeta Djaka Sutapa (2004:1) menyatakan bahwa radikalisme agama merupakan suatu gerakan dalam agama yang berupaya untuk merombak secara total suatu tatanan sosial /tatanan politis yang ada dengan menggemakan kekerasan. Terminologi “radikalisme” memang dapat saja beragam, tetapi secara essensial adanya pertentangan yang tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan  oleh kelompok agama tertentu di satu pihak dengan tatanan nilai yang berlaku saat itu. Adanya pertentangan yang tajam itu menyebabkan konsep radikalisme selalu dikaitkan dengan sikap dan tindakan yang radikal, yang kemudian dikonotasikan dengan kekerasan secara fisik. Istilah radikalisme berasal dari radix yang berarti akar, dan pengertian ini dekat dengan fundamental yang berarti dasar. Dengan demikian, radikalisme berhubungan dengan cita-cita yang diperjuangkan, dan melihat persoalan sampai ke akar-akarnya. Demikian juga halnya dengan fundamentalisme, berhubungan dengan cita-cita yang diperjuangkan, dan kembali ke azas atau dasar dari suatu ajaran.


Ada beberapa sebab yang memunculkan radikalisme dalam bidang agama, antara lain, (1) pemahaman yang keliru atau sempit tentang ajaran agama yang dianutnya, (2) ketidak adilan sosial, (3) kemiskinan, (4) dendam politik dengan menjadikan ajaran agama sebagai satu motivasi untuk membenarkan tindakannya, dan (5) kesenjangan sosial atau irihati atas keberhasilan orang lain.


Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA (2004:25) menyatakan bahwa munculnya kelompok-kelompok radikal (dalam Islam) akibat perkembangan sosio-politik yang membuat termarginalisasi, dan selanjutnya mengalami kekecewaan, tetapi perkembangan sosial-politik tersebut bukan satu-satunya faktor. Di samping faktor tersebut, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan kelompok-kelompok radikal, misalnya kesenjangan ekonomi dan ketidak-mampuan sebagian anggota masyarakat untuk memahami perubahan yang demikian cepat terjadi.

Solusi Mencegah Sikap Arogan Umat Beragama

Kitab suci Veda merupakan sumber utama dan pertama dari seluruh ajaran agama Hindu. Dalam kitab suci Veda dapat dijumpai berbagai ajaran yang menyangkut pengembangan agama yang tidak arogan, di antaranya dengan mengembangkan agama Hindu yang toleran dan humanis. Di samping kitab suci Veda (termasuk kitab-kitab Upaniûad), susastra Hindu lainnya juga memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Berikut dikutipkan mantra-mantra Veda yang menguraikan tentang hal tersebut.

1) Kebenaran bermanfaat pada kemanusiaan.

Tàn satyaujàá pra dahatu  agnir vaiúvànaro våûà.
yo no durasyàd dipsàc ca atho yo no aràtiyàt.
Atharvaveda  IV.  36.  1

‘Semoga Sang Hyang  Agni, yang memiliki kekuatan dan kebenaran yang bermanfaat pada kemanusiaan,  pelimpah kebahagiaan, membinasakan semua yang berniat merugikan atau membahayakan kami dan yang memperlihatkan sikap seperti musuh kepada kami’


2) Hendaknyalah semua manusia dan makhluk sehat (sejahtra).

Dvipad catuûpad asmàkam sarvaý
astu-anàturam.
Ågveda X. 97. 20

‘Hendaknyalah semua umat manusia dan binatang bebas dari penyakit’

3) Bangsa ideal menghargai kemanusiaan.

Viúvabhåta stha ràûþradà ràstraý me datta.
Yajurveda X. 4

‘Para dewa, Engkau adalah para pe¬lindung seluruh dunia.  Semoga Engkau menyediakan suatu bangsa ideal (idaman) semacam itu pada kami  yang bisa memberi makan seluruh dunia’


4) Seharusnya tak seorangpun menderita lapar dan haus

Eûa vàý dyàvà- påthivì upasthe mà kûudhat mà tåûat.
Atharvaveda  II. 29. 4

‘Langit dan bumi (sorga dan dunia), semoga kemanusiaan ini  yang di bawah pengawalan-Mu, ti¬dak menderita lapar dan haus’

5) Kami memerlukan orang yang dermawan

Lokaåtnum ìmahe.
Ågveda IX. 2. 8.

‘Kami membutuhkan kepribadian yang dermawan
(filantropis)’

6) Hendaknyalah seluruh dunia berbahagia dan sehat

Yathà naá sarvam id jagad ayakûmaý sumanà asat.
Yajurveda XVI. 4

‘Sang Hyang Rudra, lakukanlah be¬gitu sehingga seluruh  dunia bisa bebas dari penyakit, menjadi berbahagia’

Lokaý påóa, chidraý påóa.
Yajurveda XV.  59

‘Buatlah umat manusia berbahagia dan singkirkan kesukaran kesukaran mereka’

7) Kesejahtraan semua makhluk

Yathà úam asad dvipade catuûpade.
Yajurveda  XVI. 48

‘Buatlah semua manusia dan binatang berbahagia’

 8)Cintailah semuanya dan dicintai oleh semuanya

Priyaý mà kåóu deveûu priyaý ràjasu mà kåóu .
priyaý sarvasya paúyata uta úùdra utàrye.
Atharvaveda XIX. 62. 1

‘Ya, Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami dicintai oleh para dewata dan para pemimpin bangsa. Semoga kami dikasihi oleh semuanya, siapa pun yang memper¬hatikan (memahami) kami, apakah seorang pengusaha  ataukah seorang pekerja’

9) Rasakan kesatuan dengan semua umat manusia

Yasmin sarvàói bhùtàni àtmaivà- bhùd vijànataá,
tatra ko mohaá kaá úoka ekatvam anupaúyataá.
Yajurveda XL. 7

‘Bilamana orang yang cerdas  menjalan¬kan persatuan dengan seluruh dunia yang bernyawa (hidup) dan merasakan kesatuan dengannya, lalu semua keterikatan dan malapetaka lenyap’

10) Semoga kami memiliki keserasian dengan semua

Samjñànam naá svebáih saýjñànam araóebhiá.
Atharvaveda VII.54.1

‘Semoga kami memiliki kerukunan de¬ngan orang orang yang dikenal dengan akrab dan orang orang asingpun’

11) Orang orang yang dermawan memperoleh popularitas.

Naràúaýsaý sudhåûþamam,
apaúyaý saprathastamam.
Ågveda I. 18. 9

(Orang yang dermawan dan orang yang mau berusaha (dengan giat) segera memperoleh popularitas).

Di samping butir-butir mantra kitab suci di atas, di dalam kitab-kitab Upaniûad (yang kemudian menjadi sumber utama sistem filsafat Vedànta) dijumpai pula pandangan bahwa semua makhluk berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan akhirnya kembali lagi kepada-Nya. Lebih jauh dijelaskan bahwa pada diri semua makhluk terdapat àtmà (roh) yang menghidupkannya,  dan àtmà merupakan percikkan sinar-Nya yang disebut Brahman dan Brahman sesungguhnya identik dengan Àtman sebagai sumber hidup alam semesta dan segala isinya. Di dalam kitab-kitab Upaniûad dikenal 5 ajaran yang melandasi pendangan tentang kemanusiaan yang disebut dengan Pañcamahàvàkya (the five great saying), yaitu Tat tvam asi (Thou art That), Ahaý Brahmàsmi (I am Brahman), Ayam àtmà Brahma (This Self is Brahman), Pràjñàm Brahma (Consciousness is Brahman), dan Sarvaýkhalvidaý Brahma (All indeed is Brahman)(Frawley, 1982:279).

 Dalam doa sehari-hari umat Hindu dijumpai sebuah mantra (Trisandhyà mantra ke-5) yang menyatakan: sarva pràói hitaòkaraá, (semoga) semua makhluk sejahtra dan sebuah úubhaúita (adigium) yang menyatakan: Vasudevàya kutumbhakam, semua makhluk bersaudara. Di Bali hingga dewasa ini umat manusia bersaudara dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam sebuah doa mohon keselamatan dan kemakmuran bagi tumbuh-tumbuhan, yang dilaksanakan pada hari raya Tumpek Bubuh (25 hari sebelum Hari Raya Galungan) dinyatakan: kaki-kaki, nini-nini malih selai lemeng mangkin Galungan, elingang mabuah nged-nged (kakek-kakek dan nenek-nenek, dua puluh lima hari lagi Hari Raya Galungan, tolong berbuah yang lebat-lebat), menunjukkan pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan dipanggil nenek-nenek dan kakek-kakek, menunjukkan bahwa manusia mempunyai pertalian saudara dengan pohon-pohon kayu demikian pula dengan binatang, seperti halnya sapi yang dipandang sebagai ibu, yang memberikan susu dan membantu melaksanan pekerjaan di sawah.

Dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan saja kita masih bersaudara, mengapa dengan sesama manusia kita saling bermusuhan? Pandangan tentang kesatuan semua makhluk dengan Tuhan Yang Maha Esa, atau semua makhluk datang dan pada akhirnya akan menyatu dengan-Nya di dalam sistem filsafat Vedànta disebut dengan Advaita atau monistik (monism). Pandangan ini menjadi dasar ajaran cinta kasih yang sejati yang disebut Parama Prema.
Pandangan di atas lebih tegas dinyatakan oleh Mahatma Gandhi (dalam Prabhu, 1987: 424) sebagai berikut. My goal is friendship to the world and I can combine the greatest love with the greatest opposition to the wrong. My ethics not only permit me to claim but requiere me to own kinship with not mereley the ape but the horse and the sheep, the lion and the leopard, the snake and the scorpion. Not so need these konsfolk regard them selves. 

Pada kesempatan lainnya, pesan Mahatma Gandhi tentang kemanusiaan adalah: “Cintailah sesama. Carilah apa yang menyatukan, bukan apa yang memecah belah kalian, satu sama yang lain”(McCahill, dalam Ellsberg, 2004: 220).

Di lain pihak, Svami Vivekananda (Richards, 1996: 84) sebagai seorang humanis sejati menyatakan:
‘Lihatlah ke dalam diri semua orang, baik pria maupun wanita, dan semuanya sebagai Tuhan. Engkau tidak bisa menolong siapapun, engkau hanya bisa melayani: layanilah anak-anak Tuhan, layanilah Tuhan itu sendiri. Jika Tuhan bisa memberikan sebuah anugerah hingga engkau bisa menolong salah-satu dari anak-anaknya, maka engkau terberkati; jangan terlalu memikirkan dirimu sendiri. Terberkahilah dirimu karena memiliki semua ini saat dimana yang lainnya tidak memilikinya. Lakukanlah semua itu hanya sebagai pemujaan. Saya harus melihat Tuhan dalam diri orang miskin dan demi pembebasan sayalah saya pergi dan menyembah mereka. Orang yang malang dan menderita adalah untuk pembebasan kita, sehingga kita bisa melayani Tuhan, yang datang dalam wujud penyakit, dalam bentuk kegilaan, penyakit hati, dan pendosa! Saya berkata jujur; dan saya akan mengulangi apa yang telah saya katakan adalah sebuah kesempatan besar dalam kehidupan kita dimana kita diijinkan untuk melayani Tuhan dalam semua wujud ini’.
Di samping mengembangkan dan mengimplementasikan sikap yang toleran dan humanis, ajaran agamaHindu yang patut dikembangkan adalah ajaran yang menghargai perbedaan dan bersedia mengembangkan ajaran yang sifatnya dialogis, yang merupakan landasan atau dasar-dasar kerukunan hidup beragama yang sejati, seperti diamanatkan dalam mantra-mantra kitab suci Veda berikut.

1)Menghargai pluralisme (perbedaan) agama/kepercayaan dan budaya serta mewujudkan kemakmuran bersama.

Janaý bibhrati bahudhà vivàcasaý
nànàdharmanaý påthivì yathaikasam,
sahasraý dhàrà dravióasya me duhàý
dhraveva dhenuranapasphuranti.
Atharvaveda XII.1.45.

(Berikanlah penghargaan kepada bangsamu yang menggunakan berbagai bahasa daerah, yang menganut berbagai kepercayaan (agama)  yang  berbeda.   Hargailah mereka yang tinggal bersama di bumi pertiwi ini. Bumi yang memberi keseimbangan bagaikan sapi yang memberi susunya kepada umat manusia. Demikian ibu pertiwi memberikan kebahagiaan yang melimpah kepada umat-Nya).

2)Mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk mencapai tujuan bersama (kedamaian, kemakmuran dan kebahagiaan)

Saý vo manàýsi saý vratà sam àkùtìr namàýsi,
amì ye vivratà sthana tàn vaá saý namayàmasi.
Atharvaveda III. 8.5.

(Aku satukan pikiran, dan langkahmu untuk mewujudkan  kerukunan   di  antara kamu. Aku  bimbing  mereka  yang  berbuat jahat menuju jalan yang benar).

Yena devà na viyanti no ca vidviûate mithaá.
tat kåómo brahma vo gåhe saýjñàna puruòebhyaá.
Atharvaveda III.30.4

(Wahai umat manusia! Bersatulah, dan rukunlah kamu  seperti  menyatunya  para  dewata. Aku telah  anugrahkan  hal  yang  sama  kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan di antara kamu).

3)Mewujudkan kehidupan yang harmonis serta dialogis.
Saý gacchadhvaý saý vadadhvaý
saý vo manaýsi jànatàm,
devà bhàgam yathà pùrve saýjànànà upàsate.
Ågveda X.191.2.

(Wahai umat manusia! Hiduplah dalam harmoni dan kerukunan. Hendaklah bersatu, dan bekerja sama.   Berbicaralah  dengan  satu  bahasa, dan ambilah keputusan dengan satu pikiran. Seperti orang-orang suci di masa lalu yang telah melaksanakan  kewajibannya,   hendaklah   kamu  tidak goyah dalam  melaksanakan    kewajibanmu)

4)Mewujudkan kehidupan yang demokratis dengan bermusyawarah dan menumbuhkan saling pengertian.

Samàno mantraá samitiá samàni
samànam manaá saha cittam eûàm,
samanam mantram abhi mantarey vah,
samanena vo havisa juhomi.
Ågveda X.191.3.

(Wahai umat manusia! Pikirkanlah bersama. Bermusyawarahlah  bersama.  Satukanlah  hati, dan pikiranmu dengan yang lain.Aku anugrahkan pikiran  yang  sama, dan  fasilitas  yang sama pula untuk kerukunan hidupmu)

Samànì va àkutiá samànà hådayàni vaá,
samànam astu vo mano yathà vaá susahàsati.
Rgveda X.191.4.

(Wahai  umat   manusia!   Milikilah  perhatian yang sama. Tumbuhkan saling pengertian di antara kamu. Dengan demikian engkau dapat  mewujudkan  kerukunan dan kesatuan)

5)Mengembangkan hati yang tulus ikhlas dan persahabatan yang sejati.
Sahådayaý saý manasyam avidveûaý kåóomi vaá,
anyo anyam abhi haryata vatsaý jàtam ivagh-nyà.
Atharvaveda III.30.1.

(Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat ketulus ikhlasan, mentalitas yang sama, persahabatan tanpa kebencian, seperti halnya induk sapi mencintai anaknya yang baru lahir, begitu seharusnya kamu mencintai sesamamu).

6)Mengembangkan keharmonisan yang sejati, baik kepada orang yang dikenal dan bahkan dengan orang asing sekalipun.

Saýjñànaý naá svebhiá saýjñànaý araóebhiá,
Saýjñànaý aúvinà yuvam ihàsmàsu ni yacchatam.
Atharvaveda VII.52.1.

(Hendaknya harmonis dengan penuh keintiman di antara kamu, demikian pula dengan orang-orang yang dikenal maupun asing. Semogalah dewa Asvina menganugrahkan rahmat-Nya untuk keharmonisan antar sesama).

Dalam usaha meningkatkan kerukunan intra, antar, dan antara umat beragama yang dilandasi dengan teologi yang humanis, pluralis dan dialogis, dikutipkan pernyataan Svami Vivekananda pada penutupan sidang  Parlemen Agama-Agama sedunia, tepatnya tanggal 27 September 1893 di Chicago, Amerika Serikat,  karena pernyataan  yang disampaikan oleh pemikir Hindu yang sangat terkenal pada akhir abad yang lalu itu (sudah 108 tahun lewat) senantiasa relevan dengan situasi saat ini. Pidato yang mengemparkan dunia, dan memperoleh penghargaan yang tinggi seperti ditulis oleh surat kabar Amerika sebagai berikut: “An orator by divine right and undoubted greatest in the Parliament of Religion” (Walker, 1983: 580). Kutipan yang amat berharga itu diulas pula oleh Jai Singh Yadav (1993), dan diungkapkan kembali oleh I Gusti Ngurah Bagus (1993), sebagai berikut: “Telah banyak dibicarakan tentang dasar-dasar umum kerukunan agama. Kini saya  tidak  sekedar  mempertaruhkan  teori  saya. Namun, jika ada orang yang berharap bahwa kerukunan ini akan tercapai melalui kemenangan dari suatu ajaran agama terhadap penghancuran agama lainnya, maka kepadanya saya akan katakan: “Saudara harapan anda itu hanyalah impian yang mustahil” (Mumukshananda, 1992:24).
Di samping mantra tersebut di atas, dalam rangka mewujudkan kerukunan hidup beragama dalam rangka integrasi nasional, kiranya perlu dipahami dasar-dasar teologis kehidupan berbangsa dan bernegara seperti di amanatkan dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya.
READ MORE - Menyikapi Arogansi Umat Beragama di Era Globalisasi

Rabu, 26 Januari 2011

Hidup Tidak Hanya Sekedar Mencari Nafkah

Berbicara tentang kehidupan manusia merupakan sumber cerita yang tak pernah habis-habisnya. Ia dapat menjadi sumber inspirasi yang sangat menarik. Kehidupan manusia dapat dikisahkan mulai ia dilahirkan, ketika remaja, sesudah dewasa, bahkan ketika ia sudah mencapai kesuksesan atau sebaliknya ketika ia mendapat kegagalan.

Manusia dikatakan mahluk yang paling berpahala, karena diantara semua mahluk, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan yang buruk itu, demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia (Sarasamuscaya 2).

Walaupun demikian, di dunia ini kita menemukan beraneka ragam sifat manusia. Ada yang merasa bersyukur, karena telah memperoleh kehidupan yang baik. Ada pula yang selalu mengumpat, karena mereka berada dalam kemiskinan dan kepapaan. Kehidupannya sangat terbatas, mau ini tidak bisa, mau itu juga tidak mampu. Kadang-kadang timbul irihati, kenapa si A bisa dalam kondisi yang bahagia, sedangkan si B tidak. Pada hal mereka semuanya adalah mahluk Tuhan yang sama, dilahirkan di dalam kehampaan, dan telanjang bulat. Kondisi manusia yang bermacam itu sering menimbulkan kejadian yang aneh-aneh. Yang tidak tahan menderita lalu lari ke minuman keras (miras), narkoba (narkotika dan obat-obat terlarang), bunuh diri dan sebagainya.

Jika manusia itu sadar, sebenarnya mereka tidak perlu demikian, tidak perlu bersedih hati. Sebab, sekalipun hidupmu tidak makmur, dilahirkan menjadi manusia itu, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun (Sarasamuscaya 3).

Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama, sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia (Sarasamuscaya 4).

Setelah seseorang itu mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup (terpenuhi artha, kama dan didasarkan dengan dharma), lalu seseorang akan berpaling pada tujuan hidup yang tertinggi. Hidup ini memang bukan hanya sekedar untuk mencari nafkah, tetapi untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.

Untuk mencapai kehidupan yang kekal abadi ini, ajaran agama Hindu mempedomani kita melalui Weda Smrti Bab XII. 83, sebagai berikut :

Wedabhyasastapo jnanam
Indriyanam ca samyamah
Ahimsa guru sewa ca
Nicre yasakaram param

Artinya : Mempelajari Weda, melakukan tapa, mencari pengetahuan yang benar, menundukkan panca indra, tidak melukai mahluk dan melayani guru adalah cara yang terbaik untuk mencapai rahmat yang tertinggi.

Dari sumber Bhagavadgita XIII. 8 dapat dikaji sebagai berikut :

Indriyarthesu vairagyam
Anahankara eva ca
Janma – mrtyu – jara – vyadhi
Dukha – dosanudarsanam

Artinya : Ketidakinginan akan keduniawian, lenyapnya keakuan dan pemahaman akan keburukan kelahiran, kematian, usia tua, sakit dan kesengsaraan.

Selain itu dalam Bhagavadgita XIII. 9 dikatakan sebagai berikut :

Asaktir anabhisvangah
Putra dara grhadisu
Nityam ca sama – cittatvam
Istanistopapattisu

Artinya : Ketidakterikatan, bebas dari ketergantungan pada anak, istri, rumah tangga dan sebagainya, selalu sama dalam menghadapi peristiwa yang menyenangkan atau tak menyenangkan.

Dari kedua sloka Bhagavadgita ini (XIII. 8 dan XIII. 9) dapat lebih memperluas pandangan kita tentang pencapaian kehidupan yang kekal dan abadi, seperti yang sudah dijelaskan pada sloka Weda Smrti Bab XII-83.

Satu manfaat yang perlu ditambahkan lagi dalam upaya mempelajari dan menghayati Weda secara benar adalah dengan menyadari isi Wedasmrti Bab XII. 102, sebagai berikut :

Weda castrartha tatwajno
Yatra tatracrame wasam
Ihaiwa loke tisthansa
Brahma bhuyaja kalpate

Artinya : Dalam tingkat apapun manusia yang mengetahui arti yang benar tentang ilmu Weda boleh tetap bahkan ia walaupun semasih terikat dalam dunia ini, layak bersatu dengan Brahman.

Penjelasan :
Dalam tingkat apapun juga manusia itu adanya (yatra tatra acrama wasam) artinya tidak dipersoalkan status asramanya, apakah Brahmacari, Grhasta, Wanaprasta, Sanjasa, bila ia mengetahui benar-benar ajaran serta arti hakekat dari Weda, ia bisa dan dapat mencapai Brahman (bersatu dengan Brahman).

Dari uraian di atas jelas sekali bahwa kita hidup di dunia ini bukan hanya sekadar mencari nafkah, mengumpulkan harta kekayaan, memenuhi hawa nafsu dan lain-lain, tetapi mempunyai tujuan yang tertinggi yaitu melepaskan diri dari samsara (lahir dan mati) berulang kali.
READ MORE - Hidup Tidak Hanya Sekedar Mencari Nafkah

Minggu, 23 Januari 2011

Dana Punia, Prioritas Beragama di Zaman Kali

Tapah pararn kerta yuge
tretayam jnyanamucyate
dwapare yajnyawaewahur
danamekam kalau yuge

(Manawa Dharmasastra, I.85)

Maksudnya: Bertapa prioritas beragama zaman Kerta, prioritas beragama zaman Treta Yuga dalam jnyana, zaman Dwapara Yuga dengan upacara yadnya, sedangkan prioritas beragama zaman Kali Yuga adalah Dana Punia.

ADA lima hal yang wajib dijadikan dasar pertimbangan untuk mengamalkan agama (dharma) agar sukses (Dharmasiddhiyartha). Hal itu dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra VII.10. Lima dasar pertimbangan itu adalah iksha, sakti, desa kala dan tattwa. Iksha adalah pandangan hidup masyarakat setempat, sakti adalah kemampuan, desa adalah aturan rohani setempat, kala (waktu) dan tattwa (hakikat kebenaran Weda).

Kala sebagai salah satu hal yang wajib dipertimbangkan dalam mengamalkan agama Hindu agar sukses. Waktu dalam ajaran Hindu memiliki dimensi amat luas. Ada waktu dilihat dari konsep Tri Guna. Karena itu ada waktu satvika kala, rajasika kala dan tamasika kala. Ada waktu berdasarkan konsep Yuga — Kerta Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga dan Kali Yuga. Keadaan zaman ditiap-tiap yuga itu berbeda-beda. Karena itu, cara beragama-pun berbeda-beda pada setiap zaman.

Menurut Manawa Dharmasastra 1.85 sebagaimana dikutip diawal tulisan ini, prioritas beragama-pun menjadi berbeda-beda pada setiap zaman. Pada zaman Kerta Yuga, kehidupan beragama diprioritaskan dengan cara bertapa. Pada Treta Yuga dengan memfokuskan pada jnyana. Pada zaman Dwapara Yuga dengan upacara yadnya dan pada zaman Kala Yuga beragama dengan prioritas melakukan dana punia.

Melakukan dana punia diarahkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Pustaka Slokantara Sloka 2 menyatakan lebih utama nilainya mendidik seorang putra menjadi suputra daripada seratus kali upacara yadnya. Inilah idealisme ajaran Hindu yang semestinya dijadikan acuan pada zaman Kali Yuga dewasa ini.

Pada kenyataannya, umat Hindu di Bali khususnya dan di Indonesia umumnya masih mengutamakan upacara yadnya sebagai prioritas beragama. Hal ini akan menimbulkan akibat yang kurang baik dalam kehidupan beragama. Dinamika umat dalam berbagai bidang kehidupan amat meningkat pesat. Kegiatan hidup yang semakin meningkat itu membutuhkan waktu, biaya, tenaga dan sarana lainnya. Amat berbeda dengan kehidupan pada zaman agraris tulen dimana umat umumnya lebih banyak di sawah ladang dan kebun untuk mencari nafkah.
Pada zaman industri ini, mobilitas umat makin tinggi dan kegiatan hidup makin beraneka ragam. Karena itu, amatlah tepat arahan Manawa Dharmasastra I.85. itu — beragama yang lebih mempriotaskan kegiatan ber-dana punia. Ini bukan berarti upacara yadnya sebagai kegiatan beragama Hindu ditinggalkan.

Upacara yadnya tetap berlangsung tetapi bukan merupakan prioritas. Justeru upacara yadnya tetap dilakukan dengan lebih menekankan aspek spiritualnya, bukan pada wujud ritualnya yang menekankan fisik material.

Apalagi bagi umat Hindu di Bali tingkatan bentuk upacara yadnya yang pada dasarnya dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu upacara nista, madia dan utama. Nista, madia dan utama itu umumnya didasarkan pada wujud fisiknya upacara. Kalau besar dan banyak sarana yang digunakan disebut utama, kalau sedikit disebut madia, dan seterusnya. Yang kecil, menengah dan besar itu masing-masing dapat lagi dibagi menjadi tiga bagian. Dengan demikian, dari yang terkecil sampai terbesar dapat dibagi jadi sembilan.

Dalam melakukan berbagai kegiatan hidup, umat seyogianya menjadikan ajaran agama sebagai pegangan dalam menjaga keluhuran moral dan ketahanan mental. Dalam melakukan berbagai kegiatan hidup, sesungguhnya agama memegang peranan penting agar semuanya selalu berada pada jalan dharma. Substansi upacara yadnya adalah untuk membangun rasa dekat dengan Tuhan melalui bhakti, dekat dengan sesama manusia melalui punia atau pengabdian, dan merasa dekat dengan alam dengan jalan asih.
Mengapa disebut upacara yadnya? Kata “upacara” dalam bahasa Sansekerta berarti “dekat” dan yadnya berarti pengorbanan dengan ikhlas dalam wujud pengabdian. Karena itu, dalam kegiatan upacara yadnya ada “upacara” yang berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya pelayanan. Kita akan merasa dekat dengan Tuhan dengan sarana upakara sebagai sarana bhakti.

Penggunaan flora dan fauna sebagai sarana upacara menurut Menawa Dharmasastra V.40 sebagai media pemujaan agar flora dan fauna itu mejadi lebih lestari pada penjelmaan selanjutnya. Ini artinya, penggunaan flora dan fauna itu sebagai media untuk memotivasi umat untuk secara nyata (sekala) melestarikan keberadaan tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut. Jadi, upacara yadnya bukan sebagai media pembantaian flora dan fauna.

Pada zaman Kali ini, keberadaan flora dan fauna sudah semakin terancam eksistensinya Karena itu amatlah tepat kalau bentuk fisik upacara itu diambil dalam wujud yang lebih sederhana (nista), sehinga pemakaian flora dan fauna itu tidak sampai mengganggu eksistensi sumber daya alam tersebut. Justru upacara yadnya itulah seyogianya dijadikan suatu momentum untuk melakukan upaya pelestarian flora dan fauna.

Dalam Sarasamuscaya 135 ada dinyatakan, untuk melakukan bhuta hita atau upaya mensejahterakan semua makhluk (sarwa prani) ciptaan Tuhan ini. Kesejahteraan alam (bhuta hita) itulah sebagai dasar untuk mewujudkan empat tujuan hidup mencapai dharma, artha, kama dan moksha.

Ke depan, upacara yadnya hendaknya dimaknai lebih nyata dengan melakukan asih, punia dan bhakti. Asih pada alam lingkungan dengan terus menerus berusaha meningkatkan pelestarian keberadaan flora dan fauna, punia dengan melakukan pengabdian pada sesama manusia sesuai dengan swadharma masing-masing. Asih dan punia dilakukan sebagai wujud bhakti pada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
READ MORE - Dana Punia, Prioritas Beragama di Zaman Kali