pura-danau baratan

pura-danau baratan
pura

Kamis, 31 Maret 2011

Langkah-Langkah Cara Membuat Laporan Ilmiah

Format laporan ilmiah
Ada berbagai macam format penulisan .Namun perbedaan di antara format format yang ada jangan terlalu dipermasalahkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pembaca dapat memahami dengan jelas bahwa penelitian telah dilakukan tujuan dan hasilnya.
2. Langkah – langkah medannya jelas , agar jika pembaca tertarik dapat mengulang kembali.

Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah ,Yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian . Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :
Bagian awal
1. Halaman judul
2. Halaman persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
3. Halaman kata pengantar atau prakata
4. Daftar isi
5. Daftar tabel (jika ada)
6. Daftar gambar (jika ada)
7. Daftar lampiran (jika ada)


Bagian Utama

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Ruang lingkup
5. Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan teori/ tinjauan teoretis
2. Kerangak teori
3. Kerangka konsep
4. Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)

BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN
• Jenis penelitian
• Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
• Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
• Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
• Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
• Lokasi dan waktu penelitian
• Teknik pengumplan data.
• Instrumen penelitian yang digunakan
• Pengolahan dan Analisis data

Khusus laporan penelitian dilanjutkan dengan bab IV -VI berikut ini :
BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI – RINGKASAN
Bagian Akhir
1. Daftar pustaka
2. Lampiran – lampiran;
READ MORE - Langkah-Langkah Cara Membuat Laporan Ilmiah

Mengenal Seluk Beluk Phylum Echinodermata

Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.

Ciri tubuh
Ciri tubuh Echinodermata meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh

Ukuran dan bentuk tubuh
Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan.
Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan Aboral (yang tidak memiliki mulut).

Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit.Sistem sirkulasi belum berkembang baik.Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom.Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf.Echinodermata tidak memiliki otak.Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus.

Cara hidup dan habitat
Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati.Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.

Reproduksi
Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana.Fertilisasi berlangsung secara eksternal.Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia.Hewan ini juga dapat beregenerasi.

Klasifikasi
Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.

Asteroidea
Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria.Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.
Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :
- Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.
- Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat
- Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan
- Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.
Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar.Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti.Asteroidea merupakan hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh.

Ophiuroidea
Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular (Ophiothrix).Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel.Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul.Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria.Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya.
Hewan ini pun juga dapat beregenerasi.

Echinoidea
Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang.Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme.Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.

Holothuroidea
Holothuroidea dikenal dengan nama timun laut atau teripang.Contoh hewan ini adalah Cucumaria sp., Holothuria sp., dan Bohadschia argus.Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari tubuhnya.Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang tubuhnya.Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga tubuhnya.Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral.Sistem respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya.Keluar dan masuknya air melalui anus.

Crinoidea
Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan.Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan tidak bertangkai.Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu.Contoh lili laut adalah Metacrinus rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra australis.Lili laut menetap di kedalaman 100 m atau lebih.Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut sampai laut dalam.Kedua kelompok tersebut memiliki oral yang menghadap ke atas.Lengannya yang berjumlah banyak mkengelilingi bagian kaliks (dasar tubuh).Pada kaliks terdapat mulut dan anus.Jumlah lengan kelipatan lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula.Sistem ambulakral tidak memiliki madreporit dan ampula.Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya zooplankton atau partikel makanan.

Peran Echinodermata bagi Manusia
Echinodermata dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut.
- Makanan.Misalnya telur landak laut yang banyak dikonsumsi di Jepang dan keripik timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo. Jawa Timur.
- Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal.Para ilmuwan biologi sering mengggunakan gamet dan embrio landak laut.
Namun, bintang laut sering dianggap merugikan oleh pembudidaya tiram mutiara dan kerang laut karena merupakan predator hewan-hewan budidaya tersebut.
READ MORE - Mengenal Seluk Beluk Phylum Echinodermata

Sabtu, 26 Maret 2011

FOTOSINTESIS

Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Fotosintesis pada alga dan bakteri
Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama. Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof. Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.
Proses fotosintesis
Lihat pula artikel proses fotosintesis untuk informasi lebih rinci
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fotosintesis Tumbuhan Hijau

 - Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Intensitas cahaya yang tinggi akan membuat kegiatan fotosintesis menjadi efektif.
- Tahap Pertumbuhan
Pada saat masih kecambah, tumbuhan lebih rajin fotosintesis daripada yang sudah besar karena yang sedang tumbuh butuh banyak energi untuk tumbuh membesar.
- Pigmen penyerapan cahaya
Klorofil merupakan pigmen penyerapan cahaya. Untuk membuat klorofil, diperlukan ion magnesium yg diserap dari tanah
- Suhu / Temperatur
Mempengaruhi enzim untuk fotosintesis. Jika suhu naik 10'c, kerja enzim meningkat 2xlipat. (tapi hanya pada suhu tertentu, jika suhu terlalu tinggi, justru bisa merusak).
- Kadar Hasil Fotosintesis (Fotosintat)
Apabila kadar hasil bentukan fotosintesis sedikit maka tumbuhan akan terangsang untuk melakukan fotosintesis lebih giat daripada ketika kadar fotosintat yang banyak.
- Ketersediaan CO2 dan air (H2O).
Jika kekurangan air, stomata menutup sehingga menghalangi masuknya CO2. Semakin banyak gas karbon dioksida maka proses fotosintesis akan menjadi semakin baik.
Jika faktor-faktor tersebut jumlahnya tak memadai atau tidak ada, maka proses fotosintesis akan terganggu.

 Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.
Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Tapi pada tahun 1720, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia berpendapat faktor itu adalah udara.
Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia menemukan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”.
Akhirnya di tahun 1796, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan “pemulihan” udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa)

Persamaan Fotosintesis 
6CO2 +6H20 + light ® C6H1206 + 6O2
Struktur kloroplas



        Tilakoid adalah sistem membran dalam kloroplas (tempat terjadinya reaksi terang). Memisahkan kloroplas menjadi ruang tilakoid dan stroma.
 
         Grana kumpulan tilakoid dalam kloroplas.
         Stroma: daerah cair antara tilakoid dan membran dalam tempat terjadi siklus Calvin
 
READ MORE - FOTOSINTESIS

Daerah Wisata di Morowali

Wisata Kab. Morowali  -  Wisata Bahari
Potensi Teluk Tomori juga menjadi andalan utama dimana pantai dan gugusan pulau-pulau menawarkan keindahan khas wisata bahari. Pantai Kolonodale dengan perairan laut yang tenang karena gugusan pegunungan disertai kitaran pemukiman penduduk menjadi pemandangan tersendiri dalam melihat dinamika sosial budaya masyarakat Kolonodale. Belum lagi pulau-pulau dengan pantai pasir putihnya yang mencuap ditengah gelombang laut. Hamparan mangrove serta jajaran pemukiman nelayan seperti dipulau Tokonanaka, Lapangga, Tanjung Tante, Tanjung Poso, Kosa dan Gililana, gugusan karst yang berdiri kokoh ditengah laut semakin memperindah suasana pantai.

Pulau wisata yang menjadi andalan adalah Pulau Rumbiah yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, menawarkan panorama pantai dengan pasir putih, jajaran pohon kelapa, dan terumbu karang yang masih bagus untuk dinikmati sambil menyelam.



Wisata Kab. Morowali – Wisata Sejarah
Potensi wisata arkeologi juga menarik dengan banyaknya situs-situs dari masa prasejarah, masa islam, dan kolonial. Situs prasejarah dapat ditemukan sepanjang gugusan pegunungan karst Petasia dan Beteleme, masa islam dapat dilihat dari peninggalan Mesjid Tua Bungku dan berbagai perbentengan, masa kolonial dapat dilihat pada bangunan Belanda yang bertebaran di Kolonodale., Rumah-rumah Raja baik di Kolonodale maupun di Bungku, Rumah Zending (eks rumah kruyt, seorang missionaries Belanda) di Lembodan tengsi militer Belanda yang tersebar dan rumah sakit Belanda di Kolonodale.

Wisata Kab. Morowali – Situs Batuputih
Terletak di Teluk Tomori wilayah desa Gililana sekitar 7 km dari Kolonodale. Temuan lukisan pada tebing berupa hand stencil, lukisan orang dan ornamen lainnya. Di sisi lain situs terdapat ceruk dengan ukuran lebar 30 m dan tinggi ceruk/tebing 20 m, yang didalamnya banyak terdapat bekas penggalian liar dan ditemukan banyak fragmen gerabah, fragmen aksesoris besi dan perunggu, manik-manik dan tulang-belulang.

Wisata Kab. Morowali  - Air terjun Mempueno

Terletak di sebelah barat daya Kota Bungku, sekitar 1 km disebelah Sakita. Merupakan air terjun alam yang berundak-undak dengan ketinggian undakan dari puncak hingga ke bagian bawah tidak kurang dari 50 meter, dengan belasan kolam alami yang di bentuk oleh air terjun.
Endapan-endapan kapur travertin sepanjang aliran sungai dan di sekitar tepi sungai menambah eksotisme di lokasi pemandian ini.








Wisata Kab. Morowali – Permandian Sakita
Terletak di sebelah barat kota Bungku, sekitar 300 m disebelah barat kampung Sakita. Merupakan air terjun alam yang berundak-undak dengan kolam alami. Susana alamnya yang tenang dengan aliran air yang jernih sangat tepat sebagai melepas kepenatan sambil mandi di kolam renang.

Wisata Kab. Morowali  - Cagar Alam
Obyek wisata alam yang mengemuka dan banyak mendapat kunjungan wisatawan dan peneliti adalah Cagar Alam Morowali. Merupakan Kaawasan Lindung dengan luas 225.000 ha, serta satu-satunya kawasan lindung di Sulawesi yang terlengkap panorama alamnya. Mulai dataran rendah berupa wetland dengan spesifikasi flora/fauna yang khas (maleo,anoa dataran rendah,babirusa), dataran tinggi yang juga memiliki ciri khas tersendiri baik fauna maupun flora serta menjadi wilayah mukim Masyarakat Adat Wana. Mulai dengan hamparan mangrove yang dibelah oleh sungai-sungai besar, tegakan pohon yang rapat sepanjang garis lahan gambut,
hamparan padang ilalang, danau-danau kecil yang tergenang (danau Rano) dan gugusan pegunungan Tokala yang berdiri kokoh, semua menjadi panorama yang tak dapat terlukiskan.
Di kawasan ini juga terdapat dua buah danau besar yakni Danau Rano Bae dan Danau Rano Kodi. Sungai Morowali yang menantang dengan jeramnya yang deras menjadi asal nama Kabupaten ini. Eksotisme sunset dan sunrise di sekitar danau yang dihuni oleh Suku Wana memberikan pemandangan yang sangat menawan, disamping tumbuh-tumbuhan di kawasan ini seperti anggrek yang hanya akan didapatkan di kawasan ini.
Di kawasan ini juga dapat kita temukan beberapa gua karst yang memperlihatkan stalagtit dan stalagmit yang terpahat oleh alam. Gua-gua ini juga menjadi habitat bagi ribuan burung walet.
READ MORE - Daerah Wisata di Morowali

Obyek Wisata Danau Tambing

Danau Tambing berada pada ketinggian ±  1.700 m dpl, dengan luas  ±  6 Ha. Merupakan danau berawa yang dikelilingi hutan primer dan memiliki kedalam air hingga 10 meter dan terdapat beberapa jenis ikan air tawar diantaranya mujair, ikan gabus dan lain sebagainya. Dapat dijumpai pula beberapa jenis burung disekitar danau diantaranya : Pucuk padi hitam, Titihan telaga, Kepodang sungu biru, Elang alap dada merah, Pergan hijau, Cabak Sulawesi, Itik Penjut, Malia Sungu kerdil, Elang ikan kerdil, Mandar dengkur dan Punggok Cinnaban, sehingga cocok dijadikan lokasi pengamatan burung “ Bird Wacthing Area “. Untuk melihat aktivitas dan menikmati keindahan suara burung di sekitar Danau Tambing dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Letak Danau Tambing berada sekitar 300 meter sebelah kanan dari jalan jurusan Palu – Napu dengan lebar jalan setapak 1 s.d 1,5 meter menuju danau. Keindahan alami danau bisa dinikmati dengan berkeliling pinggir danau melewati jalan setapak menuju menara pandang, disepanjang jalan setapak menuju menara pandang dapat dijumpai beberapa anggrek dan jamur pada lantai hutan. Tinggi menara 12 meter yang digunakan sebagai tempat untuk memandang sekeliling danau. Danu Tambing berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Makmur dan secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Lore Utara kabupaten Poso. Berjarak  ±  3 jam menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dari Kota Palu dengan kondisi jalan yang cukup baik.
READ MORE - Obyek Wisata Danau Tambing

TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Keadaan Umum Taman Nasional Lore Lindu Letak (geografis & administratif); luas, status (kawasan dan pengelolaan) serta batas kawasan.
  
  • Letak kawasan
Secara geografis pada posisi 119°58’–120° 16’ BT dan 1°8’–1°3’ LS. Secara administratif terletak dalam 2 (dua) wilayah kabupaten yaitu sebagian besar di Kabupaten Donggala dan sebagian lagi di Kabupaten Poso, terbagi dalam 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Kulawi, Sigibiromaru, Palolo di Kabupaten Donggala dan Kecamatan Lore Utara, Lore Selatan, Lore Tengah di Kabupaten Poso.
  • Luas kawasan
  1. Surat Menteri Pertanian No. 736/Menteri/X/1992 tanggal 14 Oktober 1982 luas kawasan Taman Nasional Lore Lindu adalah 231.000 ha.
  2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 593/Kpts-II/1993 luas kawasan Taman Nasional Lore Lindu adalah 229.000 ha.
  3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999, Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan dengan luas kawasan 217.991,18 ha, luas inilah yang menjadi dasar pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu saat ini.
  • Status kawasan dan status pengelolaannya
  1. Status kawasan Taman Nasional Lore Lindu telah dikukuhkan pada tanggal 23 Juni 1999 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999.
  2. Status Pengelolaannya, di kelola oleh Balai Taman Nasional Lore Lindu sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang organisasi dan tata kerja Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional.
  • Batas Kawasan 
  1. Dibagian utara dibatasi oleh Dataran Palolo, sebelah timur oleh dataran Napu, sebelah selatan Dataran Bada, dan sebelah barat oleh sungai Lairiang dan hulu sungai Palu (lembah Kulawi). 
  2. Telah ditata batas ketemu gelang oleh Sub BIPHUT Palu.
Ekosistem, Vegetasi, Flora dan Fauna

  • Ekosistem
Ada dua ekosistem utama di Taman Nasional Lore Lindu yaitu: 
  1. Ekosistem hutan hujan dataran rendah 
  2. Ekosistem hutan hujan pegunungan.
Di samping kedua ekosistem utama, juga terdapat 2 sub-zone, yaitu: 
  1. Sub zone hutan hujan pegunungan yang merupakan transisi antara ekosistem hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan.
  2. Sub-zone alpin hutan pegunungan merupakan transisi antara hutan pegunungan dan hutan alpin.
  • Vegetasi, Flora 
  1. Vegetasi hutan hujan dataran rendah
    Komposisi floranya lebih beragam. Flora yang ditemukan antara lain: Pawa (Mussaendopsis beccariana); Tahiti (Dysoxylum sp.); Nunu (Ficus sp.); ngkera dan lawedaru (Myristica spp.); Mpora dan Mpire (Caryota spp.); Saguer (Arenga pinnata); Take (Arenga sp.); uru ranto (Elmerilia ovalis); Luluna (Strychnos axillaris); Palaku (Celtis sp.); Ntorade (Pterospermum subpeltatum); Ndolia (Canangium odoratum); tea here (Artocarpus elasticus); tea uru (Artocarpus teijmannii); duria (Durio zibethinus); Wara dilameo (P. hirsuta); bambu
    pemanjat (Dinochloa scandens); Elastostema, Costus, Cyrtandra, Nephrolepis, Neuburgia.
  2. Vegetasi hutan hujan pegunungan
    Flora yang ditemukan antara lain: Kaha (Castanopsis argentea); Palili bahe, palili nete, palili pance (Lithocarpus spp.). Agathis philippinensis, Podocarpus neriifolia, Podocarpus imbricatus, Taxus baccatus, Dacrydium falcifolia, Phyllocladus hypophyllus, Tristania whiteana dan Tristania sp., Calophyllum spp., Garcinia spp., Tetractonia haltumi, Polyosma integrifolia dan Gynotraches axillaris, Coelogyne, Thelasis, Appendicula, Glomera, Phreatia, Elastostema, Cyrtandra, Goniophlebium persicifolium, Oleandra neliiformis, Diplazium bantamense.
  3. Vegetasi sub hutan hujan pegunungan
    Flora yang ditemukan: kelompok uru (Magnoliaceae); uru ranto (Elmerillia ovalis); uru tomu (Elmerillia sp.); Elmerillia celebica, Manglietia glauca, Talauma liliiflora, konore (Adinandra sp.); pangkula, ntangoro (Ternstroemia spp.); kauntara (Meliosma nitida); kau tumpu (Turpinia sphaerocarpa); mpo maria (Engelhardtia serrata).
  4.  Vegetasi Sub Hutan Alpin
    Flora yang ditemukan: Leptospermum, Rapanea, Myrsine, Phyllocladus hyphophyllus, Eugenia sp., paku pohon (Alsophylla sp.); jenis palem (Pinanga)
  • Fauna
  1. Mamalia besar
    Anoa atau kerbau kerdil, satwa endemik Sulawesi. Nama daerah: sapi utan, anoang, kerbau pendek, dangko, Bondago tutu, buulu, tutu dan sako.
    Dua jenis anoa di Taman Nasional Lore Lindu yaitu anoa Quarlesi dan anoa deoressicornis. Babi rusa (Babyrousa babyrusa); babai Sulawesi (Sus celebensis); Macaca tonkeana, Phalanger ursinus, kus-kus sulawesi (P. celebencis); Tarsius Sulawesi (Tarsius spectrum); Rusa (Cervus timorensis).
  2. Burung
    Sekitar 263 jenis burung ditemukan di Sulawesi, 30 % diantaranya merupakan endemik, 66 jenis dari burung endemik ini ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu. Jenis burung antara lain Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana); Loriculus exilis, Trichologssus platurus, Cacatua sulphurea, Rangkong (Buceros rhinoceros dan Aceros cassidix); Pecuk ular (Anhinga rufa); Rallus plateni, Scolopax celebencis, Tyto inexspectata, Geomalia heinrichi, Macrocephalon maleo, Megapodius frecycynent.
  3. Reptil
    Ular pyton (Phyton reticulatus); ulara Racers (Elaphe erythrura, Gonyosonia janseni, Mack viver (Psammodymaster pulverulenthus dan Xemopeltis unicolor); king cobra (Ophiophagus hannah)
READ MORE - TAMAN NASIONAL LORE LINDU